Thursday, March 8, 2007

Kali ini Giliran Garuda dan sepenggal kisah Pak Wawan


Sedih ya, rentetan bencana terus menerpa bangsa Indonesia, sejak Tsunami Aceh 2004 kyanya musibah seakan tdk bosan menyapa dan menegur bangsa Indonesia, entah itu disebabkan oleh kejadian alam yg sulit diantisipasi, maupun kejadian yg diakibatkan kelalaian manusia. Seperti bnyk kejadian yg terjadi dlm beberapa minggu terakhir blm selesai kasus tenggelamnya KM Senopati Nusantara, Adam Air jatuh, lalu menyusul banjir di Jakarta dan sekitarnya, KM levina terbakar & tenggelam, bahkan Gempabumi Solok yg hanya berselang 1 hari dgn terjatuhnya pesawat Garuda (shingga jarang2 ada dua breaking news yg berbeda dlm dua hari di Metro TV)

Mengenai Garuda sy pnya cerita menarik yg sy dpt dr VCD ESQ, jd ceritanya pd saat Pak Ary Ginandjar memberikan Training di Garuda Indonesia, ia menjumpai salah satu teknisi di PT Garuda sebut saja namanya Pak Wawan, ia adalah seorang teknisi di PT Garuda yg bertugas di system Fueling selama kurang lebih 30tahun, usianya sekarang sekitar 50 tahunan, wajahnya sdh memerah nampak letih, berikut petikan dialognya :
Pak Ary :" Pak Wawan sdh bekerja di Garuda brp tahun? "
Pak Wawan : (menjawab dgn agak lesu) "sy telah bekerja selama 30 tahun"
Pak Ary : "lalu apa tugas pak Wawan? "
Pak Wawan : "Sy bertugas di system pengapian pesawat Garuda.. "

(berbeda dgn Mobil ataupun motor, sekali mengalami kerusakan mgkn hnya batuk, tp kl pesawat dia akan lgsg jatuh, dan tentu saja pengabdiannya bbeda dgn teknisi pd mobil ataupun motor, dan profesi ini merupakan profesi yg langka yg memerlukan keahlian dan pengalaman seseorang)

Pak Ary : "lalu apa masalah yg dialami bpk? "
(pak wawan mrupakan orang yg loyal bertanggung jawab dpt diandalkan shingga atasan2 dia sgt senang dgn pak wawan shingga pak Wawan hrs terus bekerja didlm ruangan itu selama 30 tahun bekerja, dia tdk pernah naik ke posisi yg lbh tinggi krn kl dia naik ke posisi yg lebih tinggi, maka posisi yg ia tinggalkan akan kosong)

Pak Wawan : "Pak Ary 30 tahun sy bekerja disini dan sy tdk dpt apa2 "(garis bibirnya mulai turun, matanyapun mulai turun, mungkin kehidupannya yg membuat wajahnya pun berubah, sgt berbeda dgn fotonya di waktu muda saat ia tunjukkan, di mana senyumnya msh mengembang ceria, skarang sebaliknya mungkin ini menggambarkan kondisi seseorang yg sdh pesimis dgn kehidupannya)

Pak Ary : (bertanya dgn lembut) "Pak wawan sy ingin berbicara sesuatu dgn bpk..
(pak wawan nampak melihat, namun dgn wajah yg pesimis, mgkn wajar sebab bekerja slama 30 tahun di ruang yg sama dgn system mekanisme yg rumit serta rutin dan dia sdh bosan dgn kehidupannya),
Pak Wawankah yg menjaga mesin2 jet itu?, ke luar negeri? "
Pak Wawan : "iya"
Pak Ary :" Pak wawan sy ingin bicara dgn pak wawan, bahwa sy ingin mengucapkan terimakasih kpd pak wawan "
Pak Wawan : "terimakasih untuk apa? "
Pak Ary : "kemarin, ketika sy pergi haji, sy lupa mengucapkan terimakasih kpd pak Wawan, ketika saya pergi haji sy bisa sampai ke kota suci Mekah maupun Madinah kemudian sy pulang lagi, dan sy bawa rombongan dan sy yakin ada 200 ribu orang jamaah Indonesia lain tiap tahun yg lupa mengucapkan terimakasih kpd Pak Wawan, yg mungkin sdh puluhan tahun pak wawan lakukan.. "

Pak Ary : "Pak Wawan izinkanlah sy atas nama mereka utk mengucapkan terimakasih dan penghargaan yg setinggi-tingginya kpd bpk, sy tahu pak Wawan, mereka mungkin tdk mengucapkan terimakasih atau bahkan Perusahaan, tp satu hal Pak Wawan, Allah Melihat, dan Malaikat yg ada di sebelah kanan mencatat apa yg Pak Wawan lakukan.
Pak Wawan seandainya seluruh dunia ini diberikan kpd pak Wawan, sy rasa itu tidaklah cukup untuk membalas kebaikan Pak Wawan, sy hanya berharap kpd Tuhan, seandainya para haji itu diterima Allah dan masuk surga, sy rasa orang yg pantas diajak masuk surga adalah Pak Wawan sendiri, krn Pak Wawan berperan besar dlm menyelamatkan mrk sampai ke tanah suci.
Pak Wawan, Tasbih Pak Wawan adalah mesin jet itu, dan sajadah pak wawan adalah ruang kantor pak wawan "

(Pak Wawan tergetar dan ia meneteskan air mata, kemudian dadanya berguncang. Ia menangis dan tertunduk, Pak Ary peluk dia, dan begitu pula sebaliknya, dalam hati Pak Ary berpikir ”ya Allah, ini mgkn tangisan yg terpendam selama 30 tahun”)

No comments: